Lagi dan lagi, barisan pemuda Gorontalo berdiri gagah di
perempatan depan gerbang utama Universitas Negeri Gorontalo, dengan isu
“menolak kedatangan Jokowi.” Kinerja Jokowi dipertanyakan, karena sampai dengan
detik ini realisasi program nasionalnya kurang terasa dan kurang berpihak pada
rakyat.
Showing posts with label HMI Cabang Gorontalo. Show all posts
Showing posts with label HMI Cabang Gorontalo. Show all posts
Saturday, April 23, 2016
Friday, January 1, 2016
TRANFORMASI HMI CABANG GORONTALO MISKIN REALISASI
Satu semester sudah kepengurusan
Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Gorontalo berjalan. Sebagai kader tentu
kita berharap bahwa organisasi ini akan berjalan pada relnya serta mampu
menorehkan karya dalam pentas lokal dan nasional. Namun apa yang dicitakan
seolah hanya menjadi mimpi manis di siang bolong. Himpunan terlalu disibukkan
dengan kegiatan-kegiatan pencitraan eksternal, membangunan hubungan emosional yang
baik dengan para KAHMI serta orang-orang berpengaruh daerah lainnya. Sementara,
aktualisasi pembenahan internal diabaikan. Kita kemudian bosan dengan buaian
manis pengurus cabang yang tanpa realisasi. Padahal, begitu banyak PR yang
harusnya telah diselesaikan oleh kawan-kawan pengurus terutama persoalan kepengurusan komisariat yang telah
kadaluarsa.
Berkali-kali pula kita
sering menyampaikan agar pengurus segera mengambil langkah kongkrit untuk
menyelesaikan masalah kekadaluarsaan pengurus komisariat. Komisariat-komisariat
terutama yang berada di lingkungan UNG (kecuali FMIPA dan FIKK) dan ICHSAN
(Kecuali STIMIK dan FE) yang sejak kepengurusan 2012 sampai dengan awal tahun
2016 belum pernah melakukan Rapat Anggota Komisariat (RAK) yang berarti bahwa
selama 3 tahun, kepengurusan tidak pernah berganti dan ini jelas menyalahi
ketentuan sebagaimana yang diamanatkan dalam ART HmI pasal 17 point b bahwa “RAK dilaksanakan satu tahun satu kali”
dan Pasal 37 point b “Masa jabatan
Pengurus Komisariat adalah satu tahun semenjak pelantikan/serah terima jabatan
setelah Pengurus Demisioner”. Ketua cabang selaku 01 di Himpunan selalu
mengaku akan mengakomodir keinginan perbaikan ini. Sayangnya, satu semester kepengurusan,
implikasi aspirasi kader adalah nihil.
Pengurus cabang melalui
kabid Pembinaan Aparat Organisasi (PAO) seharusnya telah melakukan upaya hukum
terhadap komisariat-komisariat yang masa kepengurusannya telah melebihi
kepengurusan Pengurus Besar (PB) HmI yang hanya 2 tahun. Bagi kami, kabid PAO
adalah pakar konstitusi HmI yang sangat bertangungg jawab atas penegakan
Konstitusi HmI. Lagi-lagi disayangkan
Kabid. PAO tinggal nama dan raga yang sebentar lagi hanya akan meninggalakan
cita dalam cerita yang penuh duka.
Perubahan tidak akan pernah
terjadi jika ia hanya selalu dikhutbahkan bahwa pengurus cabang akan
menuntaskan persoalan dan melakukan perbaikan. Sederhananya, perubahan tidak
akan pernah terjadi jika ia hanya sebatas kata yang merangkai teori lalu
diucapkan hanya untuk menyenangkan hati para pendengar. “Bukan janji tapi
bukti. Bukan berkarya kata tapi berkarya nyata” slogan para kontestan politik
benar adanya. “Bukan janji Sdr. Ketum tapi Bukti. Bukan pula karya kata pak
Ketua tapi karya nyata. Kita butuh teori
Transformasi dan kita lebih butuh pada realisasi.
Salam
Transformasi yang Terealisasi. JAYALAH HMI
Tuesday, December 15, 2015
Menata Ulang Intelegensi Kader dan Tata Ruang Kepemimpinan HmI "Catatan Intermediate Training LK-II di Makassar"
Sumber: diahazzahra.wordpress.com
Ada apa
sebenarnya dengan Himpunan mahasiswa Islam masa kini, sehingga perlu diadakan
Evaluasi Tatanah ke-HmI-an? Ada apa sebenarnya dengan HmI, sehingga Intelegensi
kader harus ditata ulang? Ada apa sebenarnya dengan HmI, sehingga tata ruang
kepemimpinan HmI harus ditata ulang?
Sederetan
pertanyaan di atas adalah suatu pertanyaan yang harus menjadi pukulan dan
motivasi bagi para kader Hijau Hitam. Karena itulah sesungguhnya yang terjadi
pada kader hari ini. Kader HmI yang notabenenya adalah kader bangsa dan kader
ummat, semestinya adalah orang-orang yang mampu menjadi teladan, mampu
menempatkan dirinya di tengah-tengah persoalan yang menimpa Indonesia kekinian.
Kader HmI adalah orang-orang yang seharusnya tampil sebagai cendikiawan yang
mampu untuk menjadi solusi atas polemic yang terjadi hari ini. Namun, fakta
berkata lain. Kader HmI kekinian justeru mengalami kemerosotan. Suatu
kemunduran yang harus ditelaah untuk selanjutnya meracik solusi yang tepat.
Menata ulang
intelegensi kader dan tata ruang kepemimpinan HmI merupakan suatu kalimat yang
berkorespondensi antra pernyataan “menata ulang intelegensi” dan “tata ruang
kepemimpinan HmI”. Dalam tataran pemikiran, intelegensi akan selalu berkaitan
dengan kepemimpinan. Seseorang yang memiliki Intelegensi yang baik tentunya dapat
dibuktikan dengan kepemimpinannya yang baik pula.
Pada dasarnya
intelegensi dan kepemimpinan bersumber dari gen/lutfa/benih
yang terdapat pada diri seseorang. Benih adalah modal dasar intelegensi dan
kepemimpinan seseorang. Sebagaimana diketahui bahwa manusia pada dasarnya
terbentuk dari satu benih yang atas izin Allah terbentuk dari kerjasama
suami-istri. Benih ini mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh pembuatnya yakni
sifat-sifat yang ada pada Ibu da Ayahnya. Benih juga mengandung sifat-sifat kesucian,
keilahian. Benih ini bersifat dinamis, benih yang baik mampu menciptakan
manusia yang berintelegensi. Namun, di sisi lain benih tersebut dapat pula
menjadi manusia cerdas namun berperangai buruk.
Pada dewasa ini kita menyaksikan adanya kebobrokan kepemimpinan khususnya yang terjadi pada kader dan eks kader hijau-hitam. Hal ini disebabkan oleh ketidak mampuannya dalam membendung kepentingan eksternal dan kontrol diri yang lemah sehingga sifat kenegatifan menodai benih yang suci. Kader HmI hari ini diperhadapkan dengan berbagai kepentingan, sehingga idealisme yang dimiliki kader, meminjam istilah kanda Agus Hilman “idealisme yang terlacurkan”.
Pada dewasa ini kita menyaksikan adanya kebobrokan kepemimpinan khususnya yang terjadi pada kader dan eks kader hijau-hitam. Hal ini disebabkan oleh ketidak mampuannya dalam membendung kepentingan eksternal dan kontrol diri yang lemah sehingga sifat kenegatifan menodai benih yang suci. Kader HmI hari ini diperhadapkan dengan berbagai kepentingan, sehingga idealisme yang dimiliki kader, meminjam istilah kanda Agus Hilman “idealisme yang terlacurkan”.
Kader HmI
mungkin bisa bangga dengan kader-kader yang telah menjadi tokoh-tokoh bangsa yang
tidak lagi diragukan kiprahnya dalam pentas lokal maupun nasional. Dalam bidang
pemerintahan misalkan, kita dapat menyaksikan bagaimana jejak-jejak kader HmI
dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah. Dalam pentas lokal, sebut
saja Gusnar Ismail, mantan Gubernur Gorontalo dan Marten Taha, Walikota
Gorontalo. Pada skala Nasional ada Jusuf Kalla, eks kader HmI yang telah dua
kali menjabat sebagai wakil presiden. Lebih dari pada itu, Indonesia juga
mengenal kakanda Nurkholis Majid sebagai Cendikiawan Muslim Indonesia yang
tidak disangkal lagi kapasitas keintelektualannya. Ada pula mantan ketua
mahkamah Konstitusi Indonesia, Kakanda Mahfud Md yang sekaligus menjabat
Presidium KAHMI Nasional. Mereka adalah kader yang lahir dari kultur
intelektual yang sesuai koridor HmI, berproses sesuai dengan cita dan Khittah
perjuangan HmI. Namun, apakah kader harus bangga dengan kejayaan ini..?
Setiap masa
punya orang, dan setiap orang punya masanya. Kemajuan bangsa di masa depan
diprediksikan dengan cara melihat kondisi pemudanya di masa sekarang. Jika hari
ini kader dalam kondisi bobrok, maka bobroklah kepemimpinan masa depan.
Olehnya itu, para kader yang tengah mengalami degradasi intelektual dan krisis keteladanan serta menyimpang dari amanah konstitusi HmI harus sadar dan kembali pada garis edarnya dalam “menyelami lautan ke-Islam-an” yang di dalamnya terkandung penuh mutiara-mutiara kebajikan. Kembali untuk “membina diri dan berkarya” dalam proses ke-HmI-an yang teratur-terarah “sesuai aturan main organisasi” guna menata intelegensi kepemimpinan yang sesuai dengan cita HmI, terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Olehnya itu, para kader yang tengah mengalami degradasi intelektual dan krisis keteladanan serta menyimpang dari amanah konstitusi HmI harus sadar dan kembali pada garis edarnya dalam “menyelami lautan ke-Islam-an” yang di dalamnya terkandung penuh mutiara-mutiara kebajikan. Kembali untuk “membina diri dan berkarya” dalam proses ke-HmI-an yang teratur-terarah “sesuai aturan main organisasi” guna menata intelegensi kepemimpinan yang sesuai dengan cita HmI, terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Tuesday, June 17, 2014
DEMI PENGKADERAN
26 Rabiul
Awal 1434 H yang bertepatan dengan 27 Februari 2014 nanti, akan berlangsung
sebuah Pengkaderan yang dilaksanakan oleh Komisariat MIPA UNG. Proses persiapan
yang dilakukan teman-teman panitia sudah dilakukan sesuai dengan prosedurnya.
Termasuk mengurus administrasi di Badan Pengelolaan Latihan (BPL) HmI Cabang
Gorontalo dan ke pengurus cabang itu sendiri.
Lokasi:Gorontalo, Indonesia
Gorontalo, Gorontalo City, Gorontalo, Indonesia
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)