Sumber: google |
Beberapa waktu lalu, hampir disetiap sudut ruang fakultas yang 4 jurusannya telah terakreditas A, tertempel selembar tulisan fenomenal berjudul “Lucunya Fakultas MIPA”. Tulisan tersebut membeberkan besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk acara Ramah Tamah Wisudawan. Penulisnya mungkin beranggapan biaya tersebut merupakan “lelucon” berefek duka dalam tawa. Menjelang siang, lembar pemberontakan itu dilepas oleh staf karena dianggap menodai kesucian penguasa.
Wahai para petinggi Fakultas
Ketahuilah, utang orang tua mahasiswa
ketika membiayai tahapan ujian skripsi belum sempat lunas, janganlah lagi kalian
tambah derita mereka dengan biaya perpisahan yang mencekik. Ramah tamah
wisudawan jangan kalian jadikan dalih untuk kembali memeras.
Saya ingin bertanya mengenai “uang
hibah” untuk fakultas. Jika “hibah” berarti “memberi sukarela”, maka saya percaya
“hibah” itu berganti definisi menjadi “suka-suka fakultas”. Mana ada yang
sukarela memberi uangnya 100.000? biaya hibah kok ditentukan. Kalau begini bukan
sukalera lagi namanya, melainkan terpaksarela. Kejadian ini menegaskan, uang
SPP tidak tergunakan dengan baik.
Saya tidak habis pikir, fakultas
tercinta – dimana hampir setiap dosennya memiliki mobil pribadi – bak “Panti
Derma” yang memerlukan donasi.
Wahai para petinggi Fakultas
Biaya ramah tamah tetap akan dibayar karena
kalian menjadikan transkip nilai sebagai alat ancaman. Ketika acara mendatang terselenggara,
senyuman dari wisudawan masih dapat kalian temui. Tapi taukah kalian? bahwa
senyum itu sebenarnya palsu, terpaksa dilakukan untuk menutupi kesedihan mendalam.
Tapi mungkin kalian tetap tidak mau peduli, karena bagi kalian “uang” hasil mencekik
wisudawan adalah hal terpenting.
Baca lainnya: MERANA MENUJU SARJANA (Stop Pungutan!)
Baca lainnya: MERANA MENUJU SARJANA (Stop Pungutan!)
No comments :
Post a Comment