Kenyataan
pahit yang perlu kita cerna adalah bahwa saat ini gerakan perubahan atau gerakan
perlawanan yang dibangun oleh mahasiswa di Provinsi Gorontalo terhadap ketidak
berpihakan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat, begitu lemas dan sungguh rapuh.
Bukan berarti gerakan mahasiswa yang selama ini dibangun tidak kuat, hanya saja
kekuatan yang ada belum mampu memberikan efek besar terhadap apa-apa yang
diperjuangkan.
Ada
sekitar puluhan ribu mahasiswa yang energinya hanya banyak tersimpan di
kos-kosan, terkuras di tempat-tempat yang membuatdiri semakain apatis.
Ada
sekitar 20-an lebih jumlah paguyubanyang notabenenya juga adalah mahasiswa dan
pelajar. Apabila ditambahkan dengan Bemfak maupun senat-senat mahasiswa
diperguruan tinggi negeri ataupun swasta, ada berapa jumlahnya? Sungguh banyak.
Apa jadinya, ketika item-item kekuatan yang sedang tidur ini bangun dengan
kesadaran penuh laluteralirkan dengan baik untuk menjadimartil perubahan. Maka
tidak ada lagi yang mampu membendung kekuatannya, kecuali Tuhan.
Ketika
terkucur kebijakan pro kemiskinan, seperti kenaikan harga BBM. Kekuatan yang
muncul dari kampus hanyalah diwakili oleh BEM perguruan tinggi, itupun tidak
semua BEM di Gorontalo ini melakukan hal itu. Adapun kekuatan yang di Bangun
oleh BEM, hanya dimotori oleh segelintir orang, massa aksinya hanya selusin
dari puluhan.
Belum
pernah kita menyaksikan adanya Senat-senat Mahasiswa/Bem-Fak, bersama-sama
dengan HMJ dan HMPS-nya, membentuk semacam aliansi kemudian membangun satu simpul
pergerakan bersama BEM dalam rangka merobohkan sebuah tirani kezaliman. Begitu
pula dengan paguyuban-paguyuban yang ada, masih sedikit yang sadar.
Salah
satu indikator keberhasilan pergerakan mahasiswa dalam melengserkan Suharto
adalah berhimpunnya kekuatan seluruh komponen pergerakan mahasiswa.
Jokowi
sang 01 RI akan segera melabuhkan kakinya ke Bumi Serambi Madinah. Dialah yang
telah mengeluarkan kebijakan anti kesejahteraan-pro kemiskinan. Akankah kita
membiarkannya begitu saja? Sementara kawan-kawan mahasiswa di daerah lain
melawan mati-matian kebijakan pro kesengsaraan itu, bahkan nyawa mereka
pertaruhkan. Atau munkin, kita telah lupa akan fungsi dan peran mahasiswa,
sehingga kita hanya menjadi mahasiswa yang apatis lagi pragmatis.
Tugas
orang terdidik adalah membebaskan rakyat, bukan membebaskan diri sendiri.Sudah
saatnya kita kembali sadar, bahwa kita adalah manusia terdidik, merdeka dan bukan
budak. Rakyat akan selalu diinjak jika tidak tidak ada yang melawan.
Sekarang,
bukan lagi waktunya untuk berdiam diri dan menjadi penonton untuk memberikan
ruang meskipun sedikit kepada mereka yang akan menyengsarakan rakyat. Karena
mereka hanya akan semakin predator dan diktator.
Ingat!
Sesungguhnya, kebenaran hari ini sangat merindukan bersatunya seluruh elemen
kekuatan kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus. sehingga, akan membuat
permadani-permadani kemunafikan akan gemetar dan tergulung, sebab menyaksikan
sebuah kekuatan raksasa yang begitu solid dan berani.
No comments :
Post a Comment