Wednesday, November 26, 2014

Tidakkah Kita Menolak Kedatangan JOKOWI?


        Kenyataan pahit yang perlu kita cerna adalah bahwa saat ini gerakan perubahan atau gerakan perlawanan yang dibangun oleh mahasiswa di Provinsi Gorontalo terhadap ketidak berpihakan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat, begitu lemas dan sungguh rapuh. Bukan berarti gerakan mahasiswa yang selama ini dibangun tidak kuat, hanya saja kekuatan yang ada belum mampu memberikan efek besar terhadap apa-apa yang diperjuangkan.
Ada sekitar puluhan ribu mahasiswa yang energinya hanya banyak tersimpan di kos-kosan, terkuras di tempat-tempat yang membuatdiri semakain apatis.
Ada sekitar 20-an lebih jumlah paguyubanyang notabenenya juga adalah mahasiswa dan pelajar. Apabila ditambahkan dengan Bemfak maupun senat-senat mahasiswa diperguruan tinggi negeri ataupun swasta, ada berapa jumlahnya? Sungguh banyak. Apa jadinya, ketika item-item kekuatan yang sedang tidur ini bangun dengan kesadaran penuh laluteralirkan dengan baik untuk menjadimartil perubahan. Maka tidak ada lagi yang mampu membendung kekuatannya, kecuali Tuhan.
Ketika terkucur kebijakan pro kemiskinan, seperti kenaikan harga BBM. Kekuatan yang muncul dari kampus hanyalah diwakili oleh BEM perguruan tinggi, itupun tidak semua BEM di Gorontalo ini melakukan hal itu. Adapun kekuatan yang di Bangun oleh BEM, hanya dimotori oleh segelintir orang, massa aksinya hanya selusin dari puluhan.
Belum pernah kita menyaksikan adanya Senat-senat Mahasiswa/Bem-Fak, bersama-sama dengan HMJ dan HMPS-nya, membentuk semacam aliansi kemudian membangun satu simpul pergerakan bersama BEM dalam rangka merobohkan sebuah tirani kezaliman. Begitu pula dengan paguyuban-paguyuban yang ada, masih sedikit yang sadar.
Salah satu indikator keberhasilan pergerakan mahasiswa dalam melengserkan Suharto adalah berhimpunnya kekuatan seluruh komponen pergerakan mahasiswa.
Jokowi sang 01 RI akan segera melabuhkan kakinya ke Bumi Serambi Madinah. Dialah yang telah mengeluarkan kebijakan anti kesejahteraan-pro kemiskinan. Akankah kita membiarkannya begitu saja? Sementara kawan-kawan mahasiswa di daerah lain melawan mati-matian kebijakan pro kesengsaraan itu, bahkan nyawa mereka pertaruhkan. Atau munkin, kita telah lupa akan fungsi dan peran mahasiswa, sehingga kita hanya menjadi mahasiswa yang apatis lagi pragmatis.
Tugas orang terdidik adalah membebaskan rakyat, bukan membebaskan diri sendiri.Sudah saatnya kita kembali sadar, bahwa kita adalah manusia terdidik, merdeka dan bukan budak. Rakyat akan selalu diinjak jika tidak tidak ada yang melawan.
Sekarang, bukan lagi waktunya untuk berdiam diri dan menjadi penonton untuk memberikan ruang meskipun sedikit kepada mereka yang akan menyengsarakan rakyat. Karena mereka hanya akan semakin predator dan diktator.
Ingat! Sesungguhnya, kebenaran hari ini sangat merindukan bersatunya seluruh elemen kekuatan kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus. sehingga, akan membuat permadani-permadani kemunafikan akan gemetar dan tergulung, sebab menyaksikan sebuah kekuatan raksasa yang begitu solid dan berani.

No comments :