Saturday, May 31, 2014

KAMPUS PERADABAN MERAH MARON-KAMPUS RUMAH TANGGA



Catatan 20 Mei 2014

“Kampus rumah tangga,” berpendapat seorang mahasiswa secara spontan setelah mendengar orator ruangan memaparkan kondisi kampus peradaban-merah maron yang dosennya adalah pasangan-pasangan suami-istri. Dosen Y ternyata istrinya adalah dosen A, dosen E istrinya adalah dosen R, dst. Memang tidak semua demikian, namun jumlah pasangan ini juga tidak sedikit. Munkin juga ini hanya terjadi di Fakultas MIPA UNG. Dekan fakultas MIPA contohnya, siapa suaminya?. Kajur fisika, siapa istrinya?. Kaprodi Geologi, siapa suaminya? Dll.
“Ada cara mudah untuk menjadi dosen di UNG ini,” kata sang Orator. “menikah saja dengan dosen,” katanya lagi. Disaat yang hampir bersamaan dengan argumen sang orator, kawan kuliahku mengatakan “hamili saja anaknya dosen,” kelas pun menjadi gaduh, dipenuhi tawa-tawa ilmiah.
Menurut aplikasi penerjemah (PD English-Indonesia). Nepotisme dalam bahasa Inggrisnya adalah “nepotism” yang memiliki arti “mendahulukan sanak saudaranya sendiri dalam sebuah jabatan”.
Kampus ini memang unik. Kampus ini merupakan lahan yang baik untuk tumbuh suburnya nepotisme.
Kampus rumah tangga adalah kampus yang di dalamnya berisi kerabat-kerabat dekat, kampus yang dosennya adalah sepasang suami-istri.
Ada tiga kata yang sejak dulu hingga kini menjadi persoalan bangsa, yaitu: korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Persoalan korupsi, secara khusus sudah ada lembaga independen yang mengurusnya, lembaga KPK (komisi pemberantasan Korupsi) namanya. Sedangkan dua masalah lagi belum mendapatkan perhatian khusus. Oleh karena itu, pemerintah perlu membentuk lagi lembaga independen lainnya yang mengurusi persoalan kolusi dan nepotisme. Bisa KOPKOL (komisi pemberantasan kolusi) dan KOPEN (komisi pemberantasan nepotisme).
Aku tak tahu, apa yang salah dengan KKN

No comments :