Sunday, August 14, 2016

KAWASAN PENJAHAT SUKSES MEMIKAT DUNIA

Tulisan berikut terinspirasi dari semangkuk Mie. Walaupun tidak selezat gambar dibungkusnya. Tetapi, daerah yang akan dibahas tentulah lebih  mempesona dari potret yang terpampang.


Dua abad silam, Blambangan adalah alam liar serta menjadi tanah buangan untuk para kriminal. Itulah yang tercatat oleh penulis Inggris, John Joseph Stockdale dalam bukunya Eksotisme Jawa: Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa. Namun, siapa sangka di balik padang rumput yang penuh binatang buas justru kontras dengan keramahan dan budaya lokal warga setempat. Stokdale menuliskan, para pendatang selalu disambut dengan gamelan, biola, dan komedi melayu. Mereka juga akan puas menikmati makanan dan minuman lezat yang disuguhkan oleh penduduk lokal.
Tanah Blambangan kini disebut Banyuwangi. Alamnya yang liar tinggalah cerita setelah pemerintah Kabupaten Banyuwangi berhasil memanfaatkan dengan mengubahnya menjadi ekowisata. Daerah bekas buangan para krimanal kini menjadi tempat wisata favorit turis Belanda.



Lebih dari itu, Pemkab banyuwangi sukses membawa keindahan alam dan kreasi manusia menuju panggung nasional bahkan hingga ke kancah internasional setelah sekian  lama terpendam. Upaya itu mulai menuai hasil. Dalam lima tahun terakhir, Banyuwangi yang dahulu hanya menjadi wilayah transit menjelma menjadi ikon wisata di negeri ini.
Strategi pemerintah setempat adalah memberikan sentuhan modern pada festival yang mereka adakan, mulai dari pergelaran musik jazz, olah raga surfing, balap sepeda, hingga kite surfing. Dipadukan dengan kekayaan alam laut dan gunung yang telah lama dimiliki sejak lama serta promosi yang genjar, Banyuwangi pun bersinar sebagai destinasi dunia.


Pantai Pulau Merah di Banyuwangi
Keberhasilan ini terekam dari lonjakan jumlah wisatawan. Dalam waktu singkat, kunjungan wisatawan domestik melonjak 161%. Dari 651.500 wisatawan pada tahun 2010, tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 1,7 Juta Wisatawan. Kunjungan wisatawan asing juga meningkat 210%.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari tata kelolah pemerintah dan partisipasi masyarakat yang tinggi. Terbukti, akhir januari 2016, Kabupaten Banyuwangi menjadi pemenang inovasi pariwisata bidang kebijakan publik yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa (UNWTO). Keberhasilan tersebut juga lantaran Pemerintah yang proaktif memberikan edukasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakatnya. Seperti melalui penguasaan bahasa asing (Arab, Inggris, Mandarin) dan melatih para pemilik homestay sesuai standar hotel. Masyarakat Bayuwangi pun menyadari, pariwisata telah menjadi kenggulan daerahnya.
Jika dahulu Blambangan hanya dianggap negeri entah-berantah dan minim peradaban, kini Banyuwangi menjadi kota baru dunia. Walau pernah menjadi tempat pembuangan para pelaku kriminal, kini ditetapkan dunia sebagai kota wales asih pertama di Indonesia karena mengedepankan humanisme, kebinekaan, dan keberlanjutan.


Fenomena Alam Api Biru "Blue Fire" di Kawah Ijen

Daerah ini layak menjadi teladan, tidak hanya dari pemanfaatan sumber daya alamnya, tetapi edukasi dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

98% tulisan ini bersumber dari Koran Kompas (13/8/2016)

No comments :