Tuesday, March 29, 2016

REKTOR UNG MEROKOK, SEANDAINYA

https://plus.google.com/+mardiahms94

Menurut Labionda, teman saya, merokok adalah aktivitas membanggakan, bahkan “Labionda” pernah berkata: “ada kodok di atas genteng” “tidak merokok tidak ganteng”. Pantun ini menyesatkan. Padahal, pantun ini seharusnya berbunyi “ambil genteng lempar perokok” “ngana pe ganteng macam kodok”
Saya kasihan sama asap rokok, asap rokok itu selalu dipermainkan macam cewek. Setelah dinikmati, lalu di hembuskan begitu saja. Kalau saya tidak seperti itu, saya ini kan orangnya setia, menjaga cinta hinga menikah, asap rokok itu tidak saya hembuskan begitu saja, pas di keluarkan dari mulut lalu kembali di hirup pake hidung, baru dikeluarkan lewat mulut, tapi kepulan asap itu saya bentuk love. Baru saya lahap ulang, supaya tidak mubassir. Lalu asap kenangan itu kusimpan di paru-paru, akhirnya nanti mati karena kangker. Wanita ini memang racun dunia.
Menurut kementrian kesehatan yang dikutip Koran tempo, menyatakan: Pajak rokok pada tahun 2010 mencapai 55 Triliun, tetapi kerugian akibat rokok mencapai 245,41 triliun. Indonesia, Negara tercinta ini adalah juara harapan satu/ke empat terbesar pengunaan rokok di dunia. Bahkan 69% penduduk Indonesia adalah perokok, 19% diantaranya adalah yang berusia 13-15 tahun.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Al Dilwan, rata-rata petani jagung di Boalemo, pengeluarannya demi rokok lebih tinggi ketimbang untuk pendidikan dan konsumsinya sehari-hari. Bagaimana Indonesia mau cerdas dan sehat. Petani lebih memilih menabung asap di paru-paru, akhirnya mati karena kangker.
Dari sisi lain, kita masih patut bersyukur, karena Rektor UNG tidak merokok (yg mahasiswa UNG mohon tepuk tangannya, yg mahasiswa lain juga mohon tepuk kepalanya mahasiswa UNG, bercanda), bahaya kalau Rektor UNG sampai merokok, torang pe uang SPP di ubah menjadi asap bukan gedung, bukan disimpan di BANK tapi disimpan di paru-paru, akhirnya mati karena kangker.
Sekarang UNG sudah keren, gedung di mana-mana, di mana-mana ada gedung. ingat gedung-ingat rektor, tapi masih ada juga yang kuliahnya di taman karena tidak kebagian ruang kuliah. Kasihan….
Teman-teman tentu masih ingat “batu akik” batu yang sering dipake oleh orang tua-tua, kalau disenter yang muncul opa-opa, ada juga “batu bermuda” kalau disenter yang muncul semangat 45, ada juga “batu semen” pas mau disenter  Rektor datang ambil untuk bangun gedung mana-mana.

Bapak Rektor UNG sekarang digelari sebagai Bapak pembangunan, bicara pembangunan saya teringat kembali dengan Presiden Soeharto yang juga dijuluki Bapak Pembangunan. Mereka berdua memiliki kesamaan, sama-sama bapak-bapak.

No comments :