https://plus.google.com/+mardiahms94
Menurut
Labionda, teman saya, merokok adalah aktivitas membanggakan, bahkan “Labionda”
pernah berkata: “ada kodok di atas
genteng” “tidak merokok tidak
ganteng”. Pantun ini menyesatkan. Padahal, pantun ini seharusnya berbunyi “ambil genteng lempar perokok” “ngana pe ganteng macam kodok”
Saya
kasihan sama asap rokok, asap rokok itu selalu dipermainkan macam cewek.
Setelah dinikmati, lalu di hembuskan begitu saja. Kalau saya tidak seperti itu,
saya ini kan orangnya setia, menjaga cinta hinga menikah, asap rokok itu tidak
saya hembuskan begitu saja, pas di keluarkan dari mulut lalu kembali di hirup
pake hidung, baru dikeluarkan lewat mulut, tapi kepulan asap itu saya bentuk
love. Baru saya lahap ulang, supaya tidak mubassir. Lalu asap kenangan itu kusimpan
di paru-paru, akhirnya nanti mati karena kangker. Wanita ini memang racun
dunia.
Menurut
kementrian kesehatan yang dikutip Koran tempo, menyatakan: Pajak rokok pada
tahun 2010 mencapai 55 Triliun, tetapi kerugian akibat rokok mencapai 245,41
triliun. Indonesia, Negara tercinta ini adalah juara harapan satu/ke empat
terbesar pengunaan rokok di dunia. Bahkan 69% penduduk Indonesia adalah
perokok, 19% diantaranya adalah yang berusia 13-15 tahun.
Menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Al Dilwan, rata-rata petani
jagung di Boalemo, pengeluarannya demi rokok lebih tinggi ketimbang untuk
pendidikan dan konsumsinya sehari-hari. Bagaimana Indonesia mau cerdas dan
sehat. Petani lebih memilih menabung asap di paru-paru, akhirnya mati karena
kangker.
Dari
sisi lain, kita masih patut bersyukur, karena Rektor UNG tidak merokok (yg
mahasiswa UNG mohon tepuk tangannya, yg mahasiswa lain juga mohon tepuk
kepalanya mahasiswa UNG, bercanda), bahaya kalau Rektor UNG sampai merokok,
torang pe uang SPP di ubah menjadi asap bukan gedung, bukan disimpan di BANK
tapi disimpan di paru-paru, akhirnya mati karena kangker.
Sekarang
UNG sudah keren, gedung di mana-mana, di mana-mana ada gedung. ingat
gedung-ingat rektor, tapi masih ada juga yang kuliahnya di taman karena tidak
kebagian ruang kuliah. Kasihan….
Teman-teman
tentu masih ingat “batu akik” batu yang sering dipake oleh orang tua-tua, kalau
disenter yang muncul opa-opa, ada juga “batu bermuda” kalau disenter yang
muncul semangat 45, ada juga “batu semen” pas mau disenter Rektor datang ambil untuk bangun gedung
mana-mana.
Bapak
Rektor UNG sekarang digelari sebagai Bapak pembangunan, bicara pembangunan saya
teringat kembali dengan Presiden Soeharto yang juga dijuluki Bapak Pembangunan.
Mereka berdua memiliki kesamaan, sama-sama bapak-bapak.
No comments :
Post a Comment