Thursday, October 23, 2014

Terkuaknya Dosa Dosen

Tok tok tok, “Assalamu ‘alaikum.”
“Wa ‘alaikumsalam, mau apa.” Kata dosen yang kukunjungi malam ini.
“Maf Pak, jika diizinkan saya hendak berdiskusi dengan Bapak.”
Dengan raut wajahnya yang mungkin agak marah karena terganggu, dosenku berucap “mahasiswa apa kamu ini?.”
***
18.10 Wita. Setelah menunaikan shalat maghrib dalam suatu malam di bulan oktober 2014. Aku bergegas menuju Kampus Peradaban dengan maksud hendak mencari lokasi yang strategis untuk melaksanakan kajian diesok hari.
“Luar biasa tempat ini,” gumanku dalam pikiran setelah beberapa saat kuamati tempat yang pertama kali kukunjungi ini. Beberapa susunan kursi dan meja terlihat sangat strategis untuk dijadikan sebagai tempat kegiatan. Namun, tidak cocok jika kegiatannya dilaksanakan pada malam hari,cahaya bintang dan bulan tidak cukup menerangi beberapa lokasi strategis kegiatan.
Kucoba telusuri lebih teliti lagi, kuperhatikan ada beberapa lampu yang menyala dan juga ada sumber daya listrik yang tersedia dibeberapa tiang kantin yang selama ini empunya kantintelah menyebabkan perut beberapa mahasiswa kenyang, mereka pulalah juga yang telah mencemari air selokan dengan sisa masakan dan makanan. Tidak menjadi soal penting masalah ini, area yang hanya ramai dipagi hingga sore dalam masa aktif perkulihan ini dapat diterangi dengan cahaya lampu.
Diri berpuas sudah karena telah menemukan tempat yang tepat untuk kegiatan. Di sisi lain dalam pikiran ini, aku juga masih penasaran dengan beberapa tempat yang mungkin jauh lebih strategis dan nyaman. Kakipun kembali melangkah mencoba menyusuri jalan-jalan kampus yang mungkin dalam perjalanan selanjutnya akan melihat sepasang makhluk bernama manusia sedang beradu dan memadu kasih dalam pojok-pojok strategis digelapnya malam. Maklumlah, malam ini adalah malam muda-mudi yang telah teracuni oleh bujukan setan. Termasuk aku juga, di masa yang telah lalu. Semoga tuhan mengampuni dosaku, dan yang masih melakukan agar segera tercerahkan, bertobat sebelum malaikat maut datang bersilaturahim.
Sekitar beberapa langkah dari kantin kampus. Ada satu kendaraanterparkir disekitar taman bunga Fakultas Biru. Cahaya lampu disalah satu ruangan lantai dua juga terlihat menyala. Segera saja rencana masa laluku hadir dalam benak mendorong nyali untuk kembali mengeksekusinya sementara rencana yang telah tersusun tadi harus dikesampingkan dulu. Mungkin malam ini adalah malam yang tepat untuk melanjutkan misi yang beberapa hari lalu belum terlaksana karena sasaran tidak di tempat. Mudah-mudahan memang benar dia ada, dan bukan malah asistennya lagi yang akan kutemui nantinya.
Pintu samping gedung ini tidak terkunci, 47% sepertinya beliau memang ada. Segera saja aku masuk. Lorong kelas yang kulalui cukup gelap lagi sunyi, derap langkah kakiku cukup jelas terdengar meninggalkan jejaknya disetiap lantai tehel dan anak tangga gedung ini.
Ruangan Beliau yang berada di pojok terlihat seperti berpenghuni. Keberanian dan rasa penasaran terus mendorong kaki ini melangkah mendekat meskipun detak jantung semakin cepat memompa darah.
Tepat di kaca pintu ruangannya yang sebahagian tidak terhalangi, aku mengintip. kuperhatikan ada orang sedang teleponan dan Alhamdulillahdugaanku tidak meleset. Target duduk manis di kursi sembari berbicara dengan semangat melalui alat komunikasi kecilnya.
Tiga menit berlalu, dari tempat aku berdiri dan mengintip. Aku perhatikan, Handphonenya sudah tersimpan diantara tumpukan buku-buku tebal hingga tipis dengan beberapa kertas yang berada di mejanya, sepertinya teleponannya telah usai.
Tok tok tok, “Assalamu ‘alaikum.” Suara salam dan ketukan tanganku di pintu ruangan menghidupkan kesunyian dalam gelap di gedung ini.
“Wa ‘alaikumsalam, mau apa.” Kata dosen yang ku kunjungi malam ini.
Tangan kananku memegang tangan kiri dan seolah menutup burung yang hendak terbang. “Maaf Pak, jika diizinkan saya hendak berdiskusi dengan Bapak.”
“Mahasiswa apa kamu ini?.” Raut wajah dosenku berubah dan terlihat agak marah karena munkin terganggu dengan kedatanganku.
Pola pernafasan kuatur sedemikian rupa agar tidak terlalu kaku menjawab pertanyaannya yang cukup terdengar tegas dan berapi. “Saya mahasiswa di jurusannya Bapak.”
Sorotan mata dosenku seperti elang yang hendak menerkam mangsa.“Apa yang mau kamu tanyakan?.”
Aku dibuatnya terbata-bata dalam berucap. “Saya mau menanyakan kemungkinan kebenaran tentang adanya senjata yang memanfaatkan gelombang sebagai pelurunya, digunakan untuk membuat badai, gempa, dan tsunami Pak.” Kelegaan tiba-tiba saja aku rasakan setelah pengutaraan maksud dan tujuan keberadaaanku di ruangannya pada malam ini.
“Saya tidak cerdas untuk menjawab pertanyaanmu, meskipun saya tahu, saya tidak mau menjelaskan. Saya lagi kurang baik malam ini untuk berdiskusi.” Nada suara dosenku meninggi. “Lagian, dosen-dosenmu yang lain juga sepertinya makin hari makin cerdas, berbanding lurus dengan kesombongannya.” Kata-kata dosenku terucap tajam, luka yang timbul pastilah parah jika yang mendengarnya adalah dosen bersangkutan. Suaranya lantang, bergerigi tajam, kembali bergema menghiasi dinding-dinding ruangan. “Mana ada dosen-dosenmu malam-malam seperti ini berfikir untuk kebaikan mahasiswanya, Dosen-dosenmu itu terlalu sombong karena cerdasnya.” Dosenku kembali mengulang kata cerdas dan sombong, hendak menegaskan inti pembicaraanya.


Muhammad Yusus di ruang Inspirasinya
Sumber: http://www.ung.ac.id/
Meskipun sebenarnya aku juga merasa kecewa karena malam ini belum terterima untuk berdiskusi, dalam keadaan kaki bergetar aku nekat mengajukan pertanyaan. “Berarti falsafah padi tidak berlaku yah Pak?.”
“Iya tidak berlaku, nanti saja diskusinya saya masih sibuk.” Dosenku menatap ke arahku sambil kedua tangannya merapikan kertas yang berserakan.
Sejak awal membuka pintu, sepasang kaki yang kupunya belum berani beranjak masuk kedalam ruangannya. Badanku masih dalam keadaan berdiri di pintu karena sedari tadi tidak dipersilahkan masuk dan duduk. “Baiklah Pak, nanti lagi saya akan datang untuk berdiskusi, dan saya mohon izin Pak, "Assalamu ‘alaikum.” Badan beserta anggotanya kumundurkan dengan hormat seraya menundukkan kepala untuk meninggalkan beliau ditengah-tengah kesibukan malamnya sebagai dosen yang kritis dan berdedikasi tinggi atas amanah yang diembannya.

No comments :